Asia Talent Cup menjadi pondasi dasar untuk melangkah ke jenjang balap bertaraf kejuaraan dunia. Pola pembinaan yang terstruktur dengan kurikulum balap yang baik, membuat kompetisi ini menjadi impian pebalap-pebalap muda di kawasan asia dan Osenia.
Sejak dibuka tahun 2014 lalu, sedikitnya pebalap dari 6 negara yang aktif mengikuti seleksi di Asia Talent Cup. Mulai Indonesia, China, Jepang, Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand.
Di tahun 2021 ini, tingkat persaingan pebalap meningkat menjadi 8 negara. Dari Australia, India, Indonesia, Japan, Malaysia, Qatar, Thailand dan Turki. Persaingan semakin ketat. Karena pihak ATC hanya memilih 21 pebalap saja. Wow, luar biasa.
Lantas, apa yang membuat ATC begitu diminati? Jawabannya: Mewujudkan mimpi bertarung di kejuaraan dunia balap motor.
Maklum. ATC memang dirancang untuk mencari bibit muda pebalap. Mereka dibina dan dipersiapkan untuk mampu bersaing di kejuaraan dunia. Khususnya di kelas Moto3.
Pembinaan dimulai dari seleksi ketat. Mulai seleksi administratif untuk melihat asal usul pebalap hingga batasan usia. Contohnya untuk musim kompetisi 2022 mendatang. Bagi calon peserta yang mendaftar untuk musim 2022, maka mereka harus lahir dari 1 Januari 2001 hingga 1 Maret 2010.
Setelah itu, mereka harus mengikuti tes naik motor di sirkuit yang ditunjuk. Biasanya pihak ATC hanya mengambil 22 pebalap dengan 3 cadangan dalam satu musim kompetisi.
Pebalap yang lolos seleksi, akan diikutkan rangkaian balapan yang dihelat di sirkuit internasional dari berbagai belahan dunia. ATC memprioritaskan menggunakan sirkuit yang sama digunakan kejuaraan MotoGP dan WSBK. Meskipun ada beberapa putaran yang dihelat di sirkuit internasional lainnya yang tidak masuk dalam kalender WSBK dan MotoGP. Tapi memenuhi standar kelayakan penyelenggaraan ATC.
Tak heran jika, penyelenggaraan event kerap dibarengkan dengan kalender balap dua kejuaraan dunia tersebut. Salah satunya di sirkuit Mandalika 12 November mendatang.
Semua pebalap dibekali motor yang sama. Yaitu Honda NSF250R. Didampingi oleh tim mekanik dari luar negeri yang sudah berpengalaman.
Para pebalap muda ini diperkenalkan dengan atmosfer balap sejak usia belia. Mulai regulasi, komunikasi hingga sengitnya kompetisi balap bertaraf dunia.
Pebalap yang berprestasi di ATC, menjadi kandidiat kuat untuk bisa mengikuti kompetisi lanjutan di benua Eropa. Yaitu di kelas Moto3 di kejuaraan FIM CEV dengan bergabung di Junior Talent Team.
Jika menunjukkan prestasi yang gemilang di kejuaraan Eropa, maka kans untuk masuk ke kejuaraan dunia sangat besar. Mereka akan bersaing ketat untuk mendapatkan kursi sebagai pebalap Moto3. Salah satunya di Honda Team Asia di kejuaraan dunia Moto3.
Sepanjang penyelenggaraannya hingga kini, ATC telah melahirkan sejumlah rider bertalenta yang sukses menembus Grand Prix.
Di antaranya, Ayumu Sasaki (juara musim 2015), Somkiat Chantra (juara musim 2016) dan Ai Ogura. Dari Indonesia pun tak ketinggalan. Deretan pebalap muda Indonesia juga pernah bertarung di ATC dan masuk sukses ke kejuaraan dunia. Seperti Andi Gilang, Gerry Salim dan Mario Suryo Aji.
Itulah kenapa ATC menjadi pondasi dasar menuju balapan berkelas dunia. Sesuai dengan tema programnya: Road to MotoGP.
Foto: Asia Talent Cup
Sumber : Asia Talent Cup