Inilah motor legendaris Honda di era Grand Prix bermesin 2-tak. Tak hanya mengantarkan Mick Doohan, Alex Criville dan Valentino Rossi menjadi juara, tapi juga meraih 130 kemenangan. Dialah : NSR500. Di balik superioritasnya di balapan, ada proses pengembangan yang rumit dan panjang dilakukan Honda.
Awalnya bernama NS500. Mesin berkonfigurasi V yang dijejali tiga piston ini sukses membawa Freddie Spencer menjadi juara Dunia 1983. Toh para insinyur Honda tak mau berpuas diri. Tahun 1984 ditambahkan satu piston lagi. Di sinilah awal kelahiran NSR500, sebuah motor yang akan dikenang dengan kejayaannya di lintasan balap kelas premier.
Tapi, penambahan satu piston bukanlah perkara mudah. Harus ada ubahan besar di dalam mesin dan sasis sebagai penopang ‘monster’ baru Honda ini. Rangka didesain dengan kombinasi twin-spar dan teralis untuk mengakomodir pipa knalpot di bagian atas dan tangki di bawah mesin.
Penambahan piston keempat diyakini mendongkrak tenaga mesin. Untuk itu, mesin ini dilengkapi satu poros engkol, bukan dua poros engkol yang berputar berlawanan untuk meminimalkan kerugian akibat gesekan. Makanya, katup masuk bahan bakar yang tadinya model putar diubah menjadi katup buluh. Sebuah langkah yang berani. Karena jika gagal, tenaga mesin jadi ngempos.
Kinerja mesin ditingkatkan dengan menggabungkan sistem ATAC yang inovatif (Auto-controlled Torque Amplification Chamber), sistem katup di sistem pembuangan yang mengoptimalkan aliran gas. Hasilnya positif. Honda NSR sukses mengantarkan Freddy Spencer menjadi juara dunia tahun 1985.
Pada tahun 1987, tim Honda melakukan ubahan radikal. Sudut V antara piston dinaikkan menjadi 112°. Ruang itu digunakan untuk empat karburator Keihin 36 mm di tengah V. Modifikasi ini menghasilkan peningkatan asupan udara, yang berdampak peningkatan kinerjanya.
Penyesuaian penting lainnya pada arah putaran poros engkol untuk melawan efek giroskopik roda, sehingga meningkatkan performa motor di area run-off. Motor ini memberi Wayne Gardner posisi pertama tahun itu. Jadi, pihak Honda yakin bahwa perubahan yang dilakukan adalah benar.
Pada tahun 1989, adalah puncak kejayaan Honda NSR500. Berkat sasis yang diperkuat dan lengan ayun khusus yang mengakomodasi ruang ekspansi di knalpot. Peningkatan performanya begitu hebat sehingga tidak ada motor lain yang sanggup menandingi tingkat akselerasi atau kecepatannya.
Namun, sasis ini tidak stabil dan sulit dikendalikan. Padahal, sang Monster sanggup melahap kecepatan 310 km/jam. Di sinilah para insinyur Honda mulai mengalihkan riset menciptakan motor yang tak hanya kencang, tapi juga mudah dikendalikan. Meskipun saat itu Eddie Lawson sukses di puncak kompetisi pada tahun 1989.
Salah satu perubahan paling drastis yang dilakukan adalah perubahan waktu pengapian, sehingga piston dapat menyalurkan tenaga sekaligus.
Pada tahun 1990, Honda kembali melakukan perubahan drastis pada waktu pengapian agar ledakan di ruang bakar lebih sempurna. Piston dipasang dalam dua set dengan sudut 180°. Inilah mesin yang kemudian disebut 'Screamer' karena suaranya yang dihasilkan. Karena menghasilkan tenaga yang terus menerus, membuat motor semakin sulit dikendalikan. Sehingga harus ada pebalap yang sanggup menjinakkannya. Tapi Honda memiliki pebalap bertalenta bernama Mick Doohan. Pebalap Australia itu merebut posisi ketiga di Kejuaraan Dunia 1990 dengan NSR500. Motor yang menemaninya menjadi legenda GP Motor di kemudian hari.
Tahun 1991 ada perubahan regulasi bobot minimum menjadi 130 kg dan menetapkan batas lebar roda. Tim Honda harus berpikir keras menciptakan sasis baru untuk menundukkan keberingasan NSR500. Hasilnya, motor melesat saat di grid start dan trek lurus, tapi sulit berakselerasi kembali ketika keluar tikungan. Namun, ini pun tidak bisa menghentikan Doohan menempati posisi kedua di Kejuaraan Dunia 1991.
Tim Honda kembali memutuskan untuk menundukkan keberingasan NSR500. Konfigurasi mesin sekali lagi mengalami perubahan drastis pada tahun 1992. Waktu pengapian diubah lagi, sehingga semua piston menembak secara bersamaan. Sistem baru ini, yang dikenal sebagai 'Big Bang' . Memberikan mesin waktu istirahat yang lebih lama di antara setiap pembakaran, dan memberikan traksi yang lebih baik dan mengurangi keausan pada ban hanya dengan sedikit penurunan tenaga.
Dengan konfigurasi baru ini dan mengingat sudut 112° dari tepi silinder, getaran yang dihasilkan oleh tenaga simultan dilawan. Salah satu poros yang berputar dilepas untuk mengurangi getaran tersebut.
Pada tahun 1993, dikenalkan terobosan teknologi bahan bakar sistem injeksi elektronik. Dengan dua injektor setiap piston dan sebuah ECU yang mampu mengatur fungsi suplai secara optimal. Sistem ini memungkinkan Sinichi Itoh menjadi pebalap pertama yang mencapai kecepatan lebih dari 320 km/jam. Meski begitu, keberhasilan ini dianggap tidak ada peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan karburator tradisional, sehingga seluruh sistem ditinggalkan.
Musim 1994 mesin mendapatkan kenaikan tenaga sebesar 10 HP dengan sistem injeksi air dimasukkan ke knalpot yang meningkatkan kinerja pada putaran menengah. Tapi Doohan memutuskan untuk tidak melakukan perbaikan ini dan malah memilih mesin yang lebih konvensional, karena motornya sudah cukup sulit untuk dikendalikan. Doohan akhirnya berhasil memenangkan Kejuaraan Dunia. Bukti bahwa pengembangan NSR500 mencapai puncaknya.
Pada tahun 1995, karburator ukuran 39 mm dipasang, secara signifikan meningkatkan kinerja. Doohan memenangkan dua Kejuaraan Dunia pertamanya untuk Tim Repsol Honda pada tahun 1995 dan 1996.
Tahun 1997 Doohan meminta kembali NSR500 bermesin Screamer. Pembalap Australia itu lebih menyukai motor yang agresif, meskipun rada susah dijinakkan. Peningkatan penting lainnya adalah perubahan yang dilakukan pada gigi transmisi. Doohan bisa berpindah ke gigi yang lebih tinggi tanpa melepaskan handle gas. Mesin garang, mesin ini memberi Doohan gelar juara dunia lagi.
Sekali lagi, perubahan regulasi menuntut perubahan drastis pada Engine. Kali ini, motor balap harus menggunakan bensin tanpa timbal. Semua motor dipaksa beralih ke mesin Screamer untuk menebus kehilangan daya akibat ubahan regulasi ini. Namun ini tidak menghalangi NSR500 untuk meraih masa keemasan dan memberikan 3 kejuaraan dunia lainnya kepada para pebalapnya. Doohan di tahun 1998, Alex Criville di tahun 1999, dan Valentino Rossi di tahun 2001.
2002 adalah tahun terakhir bagi NSR500, meskipun model ini belum berakhir. Mesin dua tak mulai ditinggalkan. Balapan berangsur beralih ke mesin 4 langkah. Tapi, kejayaan Honda NSR500 akan selalu dikenang sebagai legenda motor balap. Motor yang mengantarkan pebalap meraih 130 kemenangan, mengumpulkan lebih dari 10 title juara dunia dan dan 11 konstruktor. NSR500 akhirnya digantikan oleh RC211V.