Honda CBR150R cukup tenar di kalangan pecinta motor fairing. Secara dimensi, kapasitas mesin, dan bobotnya terbilang kompak. Makanya, ia diklasifikasikan dalam motor sport entry level. Para pemula yang baru belajar naik motor kencang, sering kali menjadikannya opsi.
Walaupun bernama CBR, sebetulnya versi 150 cc ini dibuat untuk menggantikan posisi Honda NSR150. Saat itu, teknologi mesin NSR (dua-tak) dirasa sudah usang. Makanya, tahun 2002 menjadi momen pertama kelahiran CBR150R dengan mesin DOHC 4-tak
Kami rasa generasi ini menjadi yang paling ikonik. Wajar saja, ketimbang generasi di bawahnya, Ia yang paling lama tak berganti model. Dalam sembilan tahun, permintaannya malah terus bertambah. Padahal, harganya tergolong mahal, karena CBU dari Thailand. Nah, perlu diingat juga. Saat itu PT. Astra Honda Motor (AHM) tak sempat menyediakan motor ini untuk pasar Indonesia. Karena itu, permintaan masyarakat yang cukup banyak ditanggapi oleh Importir Umum (IU). Tak aneh jika banderolnya mencapai hampir Rp 30 juta.
Pada masanya, teknologi mesin dan tampilannya cukup revolusioner. Salah satu yang paling khas, headlamp dengan model terpisah. Selain itu, bodinya sangat ramping untuk ukuran motor fairing. Pasti anda sedikit bernostalgia dengan kombinasi kelir blue-grey, red-grey, black-grey, dan yang terakhir edisi Repsol.
Urusan jantung pacu, ditanamkan mesin 149,5 cc pada rangka twinsparnya. Ukuran bore sengaja dibuat lebih besar untuk bermain di putaran tinggi (63,5 x 47,2 mm). Makanya, keluaran tenaga 17,8 PS dicapai pada 10.500 rpm dan torsi 12 Nm di 8.500 rpm (klaim). Tenaga ini cukup besar, namun sebenarnya masih kalah dengan rivalnya saat itu, Ninja 150RR yang masih mengandalkan mesin 2-tak.
Sistem fuel supply di generasi awal ini menggunakan karburator. Saat itu, sering kali pemiliknya mengubah settingan atau bahkan menggantinya dengan ukuran lebih besar guna meningkatkan performa. Tak lupa, knalpot bersuara besar jadi aksesori wajib para konsumen motor ini
Untuk pertama kalinya pada 2011, generasi kedua CBR150 dibawa oleh AHM. Hal ini menjawab atas kekosongan peran ATPM di CBR generasi pertama. Demand yang begitu besar, nampaknya membuat mereka percaya diri membawanya ke tanah air.
Kali ini bentuknya berubah total. Tak berbekas sedikitpun garis desain CBR sebelumnya. Secara dimensi, membengkak baik dari sisi manapun. Beranjak ke depan, tersimak headlamp baru yang tak lagi terpisah. Ini membuatnya sedikit kehilangan aura sporty. Menurut kami, tampangnya jadi kurang menarik. Begitupun bagian belakang yang agak mirip Honda Tiger Revo. Berbeda di bagian samping, ubahan yang dilakukan berhasil membuat motor lebih gagah. Fairing dan lekukan di tangki besar memberikan kesan otot pada bodi. Lalu knalpotnya terlihat apik dengan model integrated muffler.
Urusan jantung pacu, tak berubah sama sekali. Masih mengandalkan mesin satu silinder 149,5 cc yang tertanam di rangka Delta Box baru. Pun pada output tenaganya, sama persis. Namun Honda telah menyematkan teknologi PGM-FI untuk menyuplai bensin. Praktis, konsumsi BBM lebih efisien tanpa harus kehilangan tenaga.
Generasi ini menjadi yang pertama kali diproduksi AHM (2014). Lagi-lagi, dimensinya membesar ke angka (P x L x T) 1.995 x 711 x 1.117 mm. Yang juga menarik, sepertinya Honda sadar akan desain headlamp membosankan di generasi kedua. Mereka mengembalikannya lagi, dengan model split dual keen eyes. Desain bodinya juga terkesan lebih sporty. Menurut Honda, mereka terinspirasi dari varian tertinggi motor sportnya, CBR1000RR.
Ubahan besar juga dilakukan pada sektor penopang. Generasi ini mengadopsi rangka Trellis, dengan beberapa modifikasi pada bagian bracket dan sub-frame. Untuk suspensi belakang juga sudah mengadopsi suspensi tunggal dilengkapi fitur Pro-Link Suspension. Menurut klaim, lebih unggul mendukung kinerja motor pada saat terkena goncangan, sekaligus meningkatkan kenyamanan berkendara.
Urusan performa, sama-sama memiliki kapasitas mesin DOHC 149,5 cc. Tapi, tenaganya sedikit menurun pada angka 17,1 PS di 10.500 rpm. Sedangkan torsi maksimal naik menjadi 13 Nm (7.500 rpm). Tak hanya itu, topspeed mencapai 131 km/jam, atau 1 km/jam lebih tinggi dibanding versi sebelumnya.
Generasi ini masih eksis sejak 2016 pertama kali diluncurkan, hingga sekarang. Perubahan desain besar-besaran begitu tersimak. Menurut kami, ini yang paling keren ketimbang sebelum-sebelumnya. Sama sekali tak mencirikan motor entry level. Bukan hanya itu, Honda melakukan weight reduction agar motor lebih stabil dan ringan. Salah satunya, berkat rangka terbaru yang mampu memangkas bobot hingga 5 kg dibandingkan versi sebelumnya.
Bukan cuma bobot, mesin 149,16 cc DOHC memiliki settingan yang berbeda. Tenaganya melonjak ke angka 17,1 PS/9.000 rpm dan torsi 13,7 Nm/7.000 rpm. Kompresi mesin juga dibuat lebih padat, dengan perbandingan 11,3:1. Selain lebih kencang, mesin ini diklaim lebih irit bahan bakar, yang mampu mencapai 38,7 km/liter. (Hel/Odi)